Rombusa (Passiflora foetida), atau kerap disebut stinking passionflower, adalah tanaman merambat liar yang sering diabaikan karena bau menyengat saat daunnya diremas. Namun, di balik reputasinya sebagai gulma, tumbuhan ini menyimpan keajaiban ekologis, kuliner, dan obat tradisional.
Dengan bunga putih kemerahan yang eksotis dan buah berwarna kuning-oranye, Rombusa menjadi bukti bahwa alam sering menyimpan harta karun di tempat tak terduga. Mari eksplorasi lebih dalam tentang tanaman yang dijuluki “si liar penuh kontroversi” ini.
Asal-Usul & Penyebaran: Pengembara yang Tak Kenal Batas
Rombusa berasal dari Amerika Tropis, mulai dari Meksiko hingga Brasil. Nama ilmiahnya Passiflora foetida menggambarkan dua ciri khas:
- Passiflora: “Bunga penderitaan”, merujuk pada simbolisme agama dalam bentuk bunga.
- Foetida: “Bau busuk”, karena getahnya mengeluarkan aroma tidak sedap saat daun rusak.
Sejak abad ke-18, tanaman ini menyebar ke Asia Tenggara melalui perdagangan rempah. Di Indonesia, Rombusa tumbuh subur di daerah kering seperti Nusa Tenggara, pantai Jawa, dan Sumatera. Kemampuannya beradaptasi di tanah marginal membuatnya dijuluki “tumbuhan survivalis”.
Ciri Khas: Keunikan yang Membuatnya Tak Terlupakan
- Bunga Dramatis
Bunga berdiameter 3-5 cm dengan mahkota putih berfilamen ungu. Di tengahnya, struktur seperti mahkota duri (corona) melambangkan mahkota duri Yesus dalam simbolisme Kristen.
- Buah yang Menipu
Buah bulat berwarna hijau saat muda, kuning-oranye saat matang. Meski manis dan bisa dimakan, bijinya dilapisi aril berlendir yang menarik semut.
- Daun Berjebak
Daun berbulu halus mengeluarkan getah lengket untuk menjebak serangga. Mekanisme ini awalnya dianggap karnivora, namun penelitian membuktikan getah hanya melindungi bunga dari hama.
- Sistem Pertahanan Berlapis
- Duri kecil di batang.
- Bau menyengat dari senyawa sianogenik.
- Pertumbuhan cepat (bisa mencapai 6 meter dalam 3 bulan).
Manfaat Kesehatan: Dari Obat Tradisional hingga Potensi Modern
Meski dianggap gulma, Rombusa telah digunakan dalam pengobatan tradisional:
- Anti-kecemasan: Ekstrak daunnya mengandung alkaloid yang bersifat sedatif ringan.
- Penyembuh Luka: Getahnya dipakai suku Amazon untuk menghentikan perdarahan.
- Antidiabetes: Studi awal menunjukkan senyawa passiflorin dalam buah mampu menurunkan gula darah.
- Detoksifikasi: Air rebusan akar digunakan sebagai penawar keracunan makanan.
Peringatan:
- Buah mentah mengandung saponin beracun.
- Konsumsi berlebihan menyebabkan mual dan pusing.
Budaya & Mitos: Antara Kutukan dan Berkah
- Suku Maya
Bunga Rombusa dianggap sebagai simbol kehidupan setelah kematian.
- Masyarakat Sunda
Dikenal sebagai katunggal, daunnya dipakai dalam ritual tolak bala.
- Filipina
Buah matang disebut sintunis, dijadikan sirup penambah stamina.
- Mitologi Lokal
Dianggap sebagai tanaman “pengundang arwah” jika tumbuh di pekarangan.
Cara Menanam Rombusa: Dari Liar ke Taman
Pemilihan Bibit:
- Pilih buah matang berwarna oranye, ambil biji, bersihkan arilnya.
- Rendam biji dalam air hangat 24 jam sebelum semai.
Media Tanam:
- Campuran tanah lempung, kompos, dan sekam (2:1:1). pH ideal 6-7.
Penanaman:
- Buat ajir dari bambu setinggi 2 meter untuk rambatan.
- Jarak tanam minimal 1,5 meter antar tanaman.
Perawatan:
- Siram 2 kali seminggu di musim kemarau.
- Pupuk NPK 15-15-15 setiap 2 bulan.
- Pangkas ranting tua untuk hindari terlalu rimbun.
Pengendalian Hama:
- Semprot larutan bawang putih untuk usir kutu daun.
- Cabut manual jika menyebar terlalu agresif.
Catatan:
- Bisa ditanam dalam pot besar dengan sistem rambat vertikal.
- Berbuah dalam 6-8 bulan setelah tanam.
Peran Ekologis: Pahlawan Erosi yang Diremehkan
- Penahan Tanah
Akar serabutnya yang rapat mencegah erosi di tebing curam.
- Sumber Pangan Satwa
Buahnya disukai burung gereja dan tupai.
- Habitat Serangga
Bunganya menarik lebah tak bersengat (Trigona).
- Indikator Alami
Tumbuh subur di tanah kaya aluminium, membantu identifikasi lahan marginal.
Konservasi: Menjaga Si Liar yang Terancam
Meski mudah ditemui, habitat alami Rombusa di hutan tepi sungai Amerika Selatan terancam. Upaya pelestarian meliputi:
- Kebun Raya: Seperti Kebun Raya Cibodas yang memelihara 5 varietas Passiflora.
- Pemanfaatan Berkelanjutan: Komunitas di Flores mengolah buahnya jadi selai bernilai ekonomi.
- Edukasi: Kampanye “Jangan Musuhi Rombusa” oleh pecinta lingkungan Brasil.
Lihat Juga : Pohon Pucuk Merah
Ide Kreatif Pemanfaatan
- Vertical Garden
Rambatkan di pagar besi untuk efek “hutan mini”.
- Kuliner Inovatif
Buah matang bisa difermentasi jadi cuka atau wine.
- Kriya Alam
Batang keringnya dijadikan keranjang anyaman.
- Eduwisata
Spot foto dengan bunga eksotisnya menarik minat pengunjung.
Mitos vs Fakta Sains
- Mitos: Menanam Rombusa undang ular.
Fakta: Justru daun lengketnya menjebak serangga pengganggu. - Mitos: Bisa jadi tanaman karnivora.
Fakta: Getahnya hanya melindungi, tidak mencerna serangga. - Mitos: Buahnya menyebabkan gatal.
Fakta: Aman dimakan jika benar-benar matang.
Epilog: Pelajaran dari Si Liar yang Tak Tertaklukkan
Rombusa mengajarkan kita untuk tidak menilai dari penampilan. Di balik duri dan baunya, ia adalah ahli survival, penyembuh, dan penjaga ekosistem.
Tanaman ini mengingatkan bahwa yang sering dianggap “pengganggu” bisa menjadi solusi di tanah tandus. Seperti Rombusa yang tetap berbunga di tengah panas terik, manusia pun bisa menemukan keindahan dalam keterbatasan.
Tertarik Menanam Rombusa?
Cukup sebarkan biji matang di tanah berbatu, lalu biarkan alam bekerja. Siapa sangka, dari gulma terbuang, Anda bisa memanen buah manis dan menyelamatkan bumi! 🌱🔥